Beberapa tahun belakangan ini, Studi Islam di Maroko –khususnya bagi pelajar dari Indonesia- sedang ramai-ramainya. Terlihat dari grafik pendaftar di berbagai instansi yang menyediakan jalur akademik ke Maroko yang dari tahun ke tahun terus naik.
Fenomena pendakwah kondang nasional Ustad Abdul Somad dianggap juga menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya kenaikan grafik tersebut, tentu saja dengan berbagai faktor lain yang tentunya sangat banyak jika disebutkan satu persatu.
Kerajaan Maroko; Royaume du Maroc (fr); al-Mamlakat al-Maghribiyyah (ar) merupakan sebuah Negara yang bersistem Kerajaan Islam. Berlokasi di bagian utara Benua Afrika, tepat berseberangan dengan Benua Eropa. Dari titik terdekatnya, perjalanan dari Maroko menuju Spanyol dapat ditempuh hanya dalam 45 menit perjalanan via kapal laut. Letaknya yang cukup berdekatan tentu mempengaruhi iklim dan cuaca yang sedikit-banyak Rasa Eropa. Mulai dari musim panas dengan tingkat kepanasan yang masih dapat dinikmati hingga musim dingin dengan butiran-butiran salju bisa didapat di Maroko ini.
Berstatus sebagai Kerajaan Islam dengan lebih dari 90% penduduk beragama islam, tentu Maroko memfasilitasi masyarakatnya dengan kualitas akademika islam yang baik. Pemerintah Kerajaan Maroko pada dasarnya membawahi seluruh instansi pendidikan yang ada di Maroko, khususnya Universitas dengan dua kementerian yang ada;
Pertama, Wizarat al-Awqaf (Kementerian Wakaf) yang membawahi seluruh universitas bersistem At-Taalim al-‘Atiq, salah satu instansi pendidikan di bawah kementerian wakaf yang cukup masyhur di kalangan akademisi islam dunia adalah al-Qarawiyyin, yang juga disebut-sebut sebagai salah satu Universitas Tertua di Dunia saat ini.
Kedua, Wizarat at-Taalim al-‘Ali (Kementerian Pendidikan Tinggi) yang membawahi universitas-universitas bersistem At-Taalim al-‘Ali. Pemerintah Indonesia sendiri, melalui Kementerian Agama RI banyak mengusahakan terjadinya kerja sama antar-negara di bidang pendidikan agama dengan instansi Pendidikan yang dibawahi Kementerian Pendidikan Tinggi ini.
Kerajaan Maroko sejak lama secara resmi menyatakan bahwa budaya beragama penduduk Maroko mengikuti ajaran Madzhab Maliki. Hal itu tentu juga menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi pelajar studi islam yang dapat mendalami Fiqh perbandingan mazhab tidak hanya secara teoritis yang diajarkan di kampus-kampus Maroko, namun juga dapat melihat praktik yang terjadi di masyarakat luas.
Hubungan Maroko dan Indonesia
Kerajaan Maroko, sejak kemerdekaannya selalu menganggap Republik Indonesia sebagai salah satu negara sahabatnya. Konon menurut sejarah, Ir. Soekarno yang saat kemerdekaan Maroko masih menjabat sebagai Presiden RI merupakan Kepala Negara pertama yang menyelamati Maroko atas kemerdekaannya dari jajahan Prancis pada tahun 1956.
Etiket baik tersebut berlanjut hingga Raja Maroko saat itu, King Hassan II menerima kunjungan Ir. Soekarno ke Kota Rabat pada tahun 1960 silam dan sekaligus meresmikan sebuah jalan yang dinamai dengan nama pemimpin Republik Indonesia tersebut, Rue Soekarno.
Penamaan tersebut tidak lepas dari kekaguman Masyarakat Maroko dengan keberanian Founding father bangsa kita dalam memerangi penjajahan di dunia, khususnya Asia-Afrika. Hingga kini, nama Ir. Soekarno sebagai nama salah satu jalan kota masih terpampang jelas tepat di pusat Kota Rabat.
Hubungan persaudaraan tersebut berbuah baik, Kerajaan Maroko hingga saat ini merupakan salah satu Negara yang membebaskan visa turis selama 3 (tiga) bulan bagi pemegang paspor Republik Indonesia yang hendak berkunjung ke Maroko.
Sekarang ini, Republik Indonesia sudah memiliki Kedutaan Besar yang berkantor di Kota Rabat, Maroko. Selain kedutaan, KBRI Rabat juga secara resmi mengangkat Konhor (Konsuler Kehormatan) di Kota Casablanca dan Republik Islam Mauritania. Adanya KBRI di Maroko juga menjadi salah satu penjamin keamanan hidup seluruh Warga Negara Indonesia yang ada di Maroko, termasuk pelajar.
Studi di Maroko
Maroko, seperti yang sudah diawali sebelumnya merupakan Negara bersistem Kerajaan Islam bermazhab Maliki. Tentu saja dunia akademik yang diatur di kebanyakan universitas di Maroko, khususnya studi islam dan ilmu syariat serta turunannya membahas agama islam sesuai pandangan Imam Malik rahimahullah.
Perbedaan lain yang juga terasa ketika Pelajar Indonesia hidup bermasyarakat di Lingkungan Islami Maroko adalah mayoritas masyarakat Maroko yang menggunakan qiraat Riwayat Imam Warsy dari Imam Nafi’, berbeda dari Penduduk Muslim Indonesia kebanyakan yang menggunakan Riwayat Imam Hafsh dari Imam ‘Ashim sebagai bacaan sehari-hari.
Tentu saja perbedaan-perbedaan seperti itu menjadi nilai plus bagi pelajar-pelajar asing di Maroko yang selain mendaat pengalaman belajar dengan kultur yang berbeda secara sosial, juga mendapat ilmu yang juga berbeda dengan apa yang ditawarkan di tanah air.
Untuk dapat menempuh studi di Maroko bagi Pelajar Indonesia sejauh ini berdasarkan pengalaman penulis dan teman-teman Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko dapat ditempuh dengan 3 (tiga) jalur;
- Pertama, Jalur Beasiswa Resmi KEMENAG RI
Untuk program Strata-1, jalur ini menawarkan 15 kursi bagi lulusan SMA/sederajat dan dibuka setiap tahunnya. Biasanya, KEMENAG RI sebagai penyelenggara membuka testing di banyak titik, salah satunya UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Adapun untuk studi Magister dan Doktoral, KEMENAG RI juga membuka peluang lewat program MORA dsb.
- Kedua, Jalur Kerjasama PBNU
Jalur ini merupakan jalur khusus bagi Santri-santri pondok pesantren di Indonesia yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Para pelajar yang lolos dari tahapan penyeleksian kemudian akan ditempatkan di Instansi Pendidikan di bawah naungan Wizarat at-Taalim al-‘Atiq.
- Ketiga, Jalur MoU antar Instansi
Jalur ini merupakan jalur khusus instansi terkait dan tidak tersedia untuk umum.
Adapun selain ketiga jalur studi di atas, masih tersedia beberapa jalur studi di Maroko yang tentunya tidak akan cukup untuk diulas pada tulisan kali ini. Bagi pembaca yang tertarik untuk melanjutkan studi di Maroko atau sekedar memiliki ketertarikan untuk mengetahui tentang jalur perkuliahan di Maroko silakan mengunjungi tautan https://www.ppimaroko.id/ .
Sebagai penutup artikel singkat ini, penulis sekali lagi ingin mengajak pembaca khususnya yang memiliki ketertarikan untuk melanjutkan studi di Kerajaan Maroko untuk dapat lebih giat dalam menggali informasi yang berkaitan dengan Negara Maroko.
Karena tidak seperti Negara Timur Tengah lainnya, Maroko belum memiliki forum alumni yang besar dan komunitas pelajar di Maroko pun tidak sepadat Negara-negara Mainstream, seperti Mesir, Sudan, Arab Saudi dan Yaman, namun juga tetap menawarkan kualitas studi yang setara.
Jangan pernah malu dan malas untuk bertanya kepada orang-orang yang lebih tahu, seorang yang memiliki keinginan kuat tidak pernah malu untuk bergerak dan berbuat sesuatu untuk meraih tujuannya. Sekali lagi, jangan malas dan jangan malu.
***
Asyraf Muntazhar
Alumnus MA Insan Qurani angkatan 2017
Mahasiswa Studi Islam di Universitas Sidi Mohamed ben Abdellah Saiss, Fes, Maroko
Fes, 24 Februari 2020
Leave A Comment