Peradaban dan kemenangan itu di mulai ketika wanitanya itu benar. Kenapa? Karena rahim yang taat akan melahirkan janin yang taat dan pahlawan Islam lahir dari rahim yang taat yang tidak pernah jauh dari Allah (Ust. Oemar Mita)
Tertunduk malu saat kita menelusuri pesona taatnya para perempuan-perempuan shalihah yang telah berhasil mengukir sejarah. Betapa pesona iman kita sangat lemah dibandingkan mereka. Yang dari rahimnya telah lahir pahlawan-pahlawan Islam yang begitu bersejarah. Perempuan yang telah berjuang untuk terus tumbuh dalam ketaatan, menempa diri untuk terus mempesona dalam ketaqwaan, menyibukkan diri untuk terus meningkatkan keimanan. Yang begitu kuat dalam menghadapi cobaan, begitu sabar untuk melewati segala episode kehidupan. Maka, wajarlah jika dari rahimnya Allah percayakan lahirnya pahlawan Islam. Sebab taatnya yang begitu mempesona..
Sebut saja contohnya Siti Hajar, yang dari rahimnya lahir Ismail As. Meski awalnya ia adalah budak, tapi perempuan ini menjadi pelopor sejarah awal Makkah. Ia memiliki pesona tauhid yang luar biasa, menjadikan ridha Allah sebagai fokus utama tujuan hidupnya. Iman yang meninggi kepada Allah menuntunnya menjadi pribadi yang ikhlas menjalani ketetapan Allah. Mendahulukan Allah di atas segala keinginan pribadinya.Taat kepada suaminya dan senantiasa mendukung dan membantu suami menjalankan segala perintah Allah swt.
Pun begitu juga Ibunda Imam Syafi’i, meski menjadi single parent dalam mendidik anaknya, namun kegigihan dan keimanannya telah menuntun dirinya menjadi wonder woman bagi anaknya hingga berhasil di didiknya menjadi ulama. Juga tidak kalah mempesona Ibunda dari Ibnu Taimiyah. Ia pernah berkata pada anaknya ” Wahai anakku, jangan kau sangka keberadaanmu di sisiku itu lebih aku cintai dibanding kedekatanmu pada agama, berkhimatlah untuk Islam dan kaum muslimin walaupun kau berada di penjuru negeri. Anakku, ridhaku kepadamu berbanding lurus dengan apa yang kau persembahkan untuk agamamu dan kaum muslimin”.
Atau Ibunda Muhammad Al-Fatih yang setiap selesai shalat subuh mengajarinya tentang geografi dan garis batas wilayah Konstantinopel. Lalu ia berkata : Engkau Wahai Anakku, akam membebaskan wilayah ini. Sang anak bertanya: Bagaimana aku bisa membebaskan wilayah sebesar itu wahai ibu? “Dengan Al-Qur’an, kekuatan, persenjataan”. Jawab ibunya.
Maka benar kata pepatah Arab, Ibu adalah madrasah yang jika dia mempersiapkan dirinya dengan baik, maka dia telah telah mempersiapkan sebuah peradaban yang baik.
Majidah Nur
Kabid Pengasuhan Putri Dayah Insan Qurani
thanks a lot of information