Berbicara tentang keberkahan, Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa keberkahan itu ialah disaat tetap dan bertambahnya kebaikan. Memburu berkah amatlah berat, tapi justru di dalamnyalah ada banyak rasa nikmat. Banyak cara untuk meraup keberkahan, salah satunya kita sebagai pelajar dapat meraihnya dalam hal menuntut ilmu pengetahuan.

Menuntut ilmu ialah suatu upaya mengelola potensi akal yang telah Allah berikan kepada kita sebagai bekal utama untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya dengan mempelajari ilmu-ilmu-Nya, baik ilmu agama maupun ilmu dunia.Bukankah Allah akan meninggikan derajat bagi mereka yang beriman dan berilmu pengetahuan?

“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.s Al-Mujadilah: 11)

Menimba ilmu itu bukan hanya sekadar kewajiban atau kebiasaan manusia. Menuntut ilmu tidak hanya tentang menghabiskan waktu bertahun-tahun belajar hanya demi selembar ijazah kelulusan, tetapi menuntut ilmu ialah ibadah yang tak akan pernah berkesudahan, hingga akhirnya nyawa terpisah dari badan. Ilmu adalah sarana untuk dapat membaktikan diri agar lebih banyak memberi. Ilmu adalah pintu untuk lebih banyak menebar kebaikan dan membangun perbaikan pada sekitar.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dalam menuntut ilmu pasti ada saja tantangan yang kita hadapi, terlebih saat masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, dimana semuanya berubah, saat pemerintah mengambil kebijakan untuk belajar dari rumah (School From Home) banyak suka duka yang terjadi.

Belajar dari rumah memang terkadang merupakan hal yang menyenangkan, karna waktu dan tempat belajar yang dapat disesuaikan. Namun disamping itu, ada pula yang mengeluhkan banyaknya tugas yang dibebankan, membuat mereka keteteran dalam membagi waktu mana yang harus diselesaikan duluan. Belum lagi masalah jaringan bagi mereka yang berada di daerah pedalaman, mencari-cari sinyal demi bisa ikut pembelajaran.

Jika ada yang bertanya “ Apakah tidak lelah?” Iya, lelah sudah pasti, namun jika kembali pada tujuan utama bahwa menuntut ilmu ialah jalan mendekatkan diri kepada-Nya, menebar kebermanfaatan untuk sesama, dimana setiap peluh bermakna pahala. Maka, luruskan niat menuntut ilmu karena-Nya, jangan kau keluhkan lelah dan penat dalam perjalanannya, jangan pula merasa belajar itu sia-sia, sekian tahun yang tertempa, karena menuntut ilmu bukan tentang selembar ijazah atau berjajarnya titel yang kau punya, namun proses menjadi seorang pencari ilmu dalam upaya memenuhi panggilan Rabb-Nya. Maka cintailah ilmu karena-Nya, teruslah mencari ilmu untuk menempa takwa, semoga setiap perjuangan dalam perjalanannya akan memudahkan kita menuju surga. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

man salaka thariqan yaltamisu fihi ‘ilman, sahhalallahu lahu thariqan ilal jannah

“ Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”(H.R Muslim no. 2699)

Jikalau terkadang kita kesal karena daftar tugas yang berjajaran, ditegur dosen karena laporan yang terlambat diserahkan, dan lain sebagainya jangan pernah mengeluh karena itulah proses menuju kesuksesan. Selalu diawali dengan berlelah-lelah hingga akhirnya memperoleh hasil yang memuaskan.

Mungkin kalau dipikir-pikir, bagaimana bisa ya, kita selesaikan tugas yang biasanya ketika tatap muka dalam satu hari hanya satu atau dua tugas saja, namun sekarang hampir disetiap mata kuliah akan ada tugas perharinya, bayangkansaja dalam sehari minimal ada tiga mata kuliah maka ketiga-tiganya akan ada tugasnya, nggak capek apa? Jawabannya terletak pada satu kata, “berkah”. Jika Allah sudah limpahkan berkah-Nya, yang berat terasa ringan, pekerjaan banyak dapat dengan cepat ditunaikan.

Jadi saat sekarang ini kita sedang menuntut ilmu menemui banyak kesusahan atau tantangan anggap saja itu adalah gambaran ujian yang Allah berikan kepada kita sabagai penuntut ilmu. kerena hakikatnya, letih itu bagian dari kehidupan, ia adalah bukti dari ikhtiar dan perjuangan. Maka untukmu para pengajar dengan segala keletihannya dalam memahamkan para pelajar, ataupun engkau yang giat menuntut ilmu menggapai cita, berbanggalah atas letihmu! Syukurilah kala letih menjadi bagian dari keseharianmu. Karena bisa jadi, Keberkahan dari-Nya datang karena letih yang senantiasa menemani raga mu, saat ikhlas dan niat segala aktivitas hanya tertuju kepada keridhaan Allah. Jangan lagi kau sesali letih di penghujung harimu. Bisa jadi peluh keringat itu yang akan menyelamatkan mu, karena kita tidak pernah tahu dari amalan mana yang akan mengantar kepada keridhaan Rabb yang dituju.

Maka niatkan setiap aktivitasmu hanya untuk-Nya, semoga Ia berkahi dan senantiasa diberikan kemudahan. Setiap orang pasti memiliki masing-masing perjalanannya, suka duka pun menjadi tantangannya. Namun, semua akan baik-baik saja selama kita senantiasa mengharap berkah dari-Nya, mengapa harus ragu untuk mengukir cita? Bukankah jika lelah kita karena lillah akan membawa kebaikan dan banyak pahala?

Bersyukurlah saat kita masih disibukkan dalam hal kebaikan karena jika tidak maka sebaliknya, kita akan disibukkan dalam kemaksiatan.

“Kedua tangan ini tercipta untuk bekerja, Jika tak disibukkan dalam kerja ketaatan, ia kan tetap bergiat dalam kemaksiatan.” (‘Umar ibn Al-Khattab)

Sesuatu yang dipersembahkan hanya untuk Allah maka akan kekal, mengapa kekal? Karena dilandasi dengan ketaqwaan, sesuatu yang tidak berlandaskan taqwa maka ia akan hilang, karena sesungguhnya prestasi akan usang, uang akan berkurang, ketenaran akan hilang, yang tinggal hanyalah keberkahan dan ilmu yang dilandasi ketaqwaan, sesuatu yang tidak berasaskan taqwa maka berkahnya akan hilang, sebab hanya amalan orang yang bertaqwa yang Allah pandang.

“… Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertaqwa.” (Q.s Al-Ma’idah: 27)

Tambahlah kesabaran, tetap jaga adab dan keimanan, raihlah keberkahan dengan ketaqwaan. Maka engkau akan memperoleh kemudahan. Mengakarkan motivasi dan gerak langkah untuk keridhaan Allah yang dituju, bukankah itu sebaik-baik nawaitu?

Maka tak akan menyesal mereka yang menjadikan Allah sebagai landasan, muara segala kekuatan. Saat ujian nya seakan tak henti berdatangan, mungkin ini saatnya kita untuk lebih mendekat kepada Zat Yang Maha menguatkan. Saat kita merasa kehilangan kekuatan, cobalah mengembalikan hati kepada semulia-mulia niatan.

Intinya kita hanya harus kembali menata hati tulus kepada Sang Ilahi, dan memperhatikan kembali adab-adab kita sabagai thalibul ‘ilmi, barulah sampai pada keberkahan yang dicari.

 

Penulis: Ulfa Meilly Yanda
Alumni Dayah Insan Qurani Angkatan KetigaSaat ini sedang melanjutkan pendidikan di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar Raniry Jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir