Oleh : T. M. Alvin Rahmadshah
Mesir, sebuah negeri yang unik, pasalnya Mesir mempunyai banyak julukan yang mendeskripsikannya. Di antaranya, Ardh Al-Anbiya, negeri seribu menara, Umm Ad-Dunya, Qiblat Al-Ulum, dan banyak lagi.
Banyaknya julukan untuk negeri ini menggambarkan Mesir kaya akan unsur sejarah, religi, ensiklopedi, dan peradaban. Benar memang, sebutan Ardh Al-Anbiya menggambarkan mesir sebagai negeri yang pernah didiami oleh rasul dan nabi Allah seperti nabiullah Yusuf, Musa, Harun, Ya’qub, Idris, Khidir, ‘Alaihimusshalatu wassalam dan banyak lagi. Negeri seribu menara karena masjid-masjid bertebaran di segala penjuru sehingga ketika masuk waktu shalat tidak perlu jauh-jauh mencari masjid. Qiblat Al-Ulum karena kesaratan ilmunya yang mana Al-Azhar lah sebagai tokoh utamanya. Sehingga dari julukan-julukan ini lah mengundang langkah turis, mahasiswa bahkan pengusaha untuk menginjakkan kaki, menuntut ilmu, dan berkarier di sini.
Salah satu pusaka yang sarat akan ilmu dan sejarah adalah Al-Azhar, begitu berpengaruh bagi umat Islam umumnya, dan Mesir khususnya. Dilihat dari perannya yang telah mencetak banyak orang-orang besar semenjak kehadirannya hingga sekarang.
Al-Azhar terletak di medan Hussein, Darrasah. Biasanya kendaraan umum yang sering digunakan adalah bis merah dengan nomor 80/, 24 jim atau yang bertuliskan darrasah (dalam bahasa Arab). Selain jumlahnya banyak dan mudah dijumpai, bis ini juga bisa dikatakan bis mahasiswa karena kocek yang terkuras 5 junaih atau sekitar Rp. 4500 -, untuk menuju tempat manapun yang sejalur dengan jurusan akhir bis. Maka dari itu, tak heran jika mahasiswa lah yang paling banyak memburu bis ini disamping kehidupan mahasiswa yang serba pas pas-an.
Universitas Al-azhar bercikal dari sebuah masjid yang dibangun oleh panglima Jauhar As-Siqili atas perintah Khalifah Mu’iz li Dinillah (Dinasti Fathimiyyah) pada 970 M. kata Al-Azhar dinisbahkan kepada kepada Fathimah Az-Zahra, anak nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Tujuan Dinasti Fathimiyyah (bermazhab syi’ah) membangun masjid ini salah satunya sebagai pusat literatur islam. Namun, semenjak Sulthan Shalahuddin Al-Ayyubi (Dinasti Ayyubiyyah) memegang pemerintahan, Al-Azhar diistirahatkan hampir satu abad dan di sekitarnya di bangun lembaga pendidikan alternatif guna mengikis pengaruh Syiah. Hingga diaktifkan dan dikembangkan kembali. Alhasil, sekarang Al-Azhar menjadi kiblat ilmu pengetahuan Islam (sunni) bagi dunia.
Sistem belajar di Al-Azhar dikelompokkan menjadi dua; sistem talaqqi dan sistem kuliah akademik. Sistem talaqqi ini adanya di masjid Al-Azhar dan ma’had atau lembaga cabang Al-Azhar yang tersebar di kota kairo. Cabang ilmu yang diajarkan mulai dari ‘aqidah, fiqh, ushul fiqh, tafsir, hadits, nahwu, sharf, balaghah, mantiq, tasawuf, qiraat, dll. Semua cabang ilmu ini diajarkan secara interview langsung dengan syeikh yang telah ‘alim di bidangnya. Hanya perlu hadir secara rutin dan menyimak syarah-an dari syeikh, tidak sedikit orang yang ‘alim dengan hanya hadir rutin dan fokus untuk talaqqi.
Di samping talaqqi yang di pusatkan di masjid, Al-Azhar juga memandang penting akademik. Sistem kuliah akademik ini di emban oleh universitas yang bercikal dari masjid Al-Azhar.
Tanpa absen dan tak mengenal umur. keunikan sistem di universitas ini. Yah, memang berbeda dengan universitas lainnya. universitas ini memberlakukan “Si Ten” Sistem Tanpa Absen dengan tujuan menyaring, bukan tidak peduli. Pun jika diberlakukan absen, tentu kelas akan sangat penuh. Itu karena mahasiswa Universitas Al-Azhar bukan hanya dari mesir saja, melainkan dari seluruh dunia.
Tentunya bagi mahasiswa yang hadir akan mendapat ilmu tambahan yang sangat menentukan ketika ujian term. Adapun yang tidak hadir biasanya meminta teman yang hadir untuk merekam kuliah dari syeikh.
Tak mengenal absen, tak mengenal tua atau muda, tapi Universitas ini telah mencetak banyak ulama-ulama yang sangat berpengaruh. Seperti Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, ulama hadits pengarang kitab Bulughul Maram. Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi, yang dikenal dengan metodenya yang bagus dan mudah dalam menafsirkan Al-Qur’an dan keilmuannya di bidang Tafsir Al-Qur’an tidak dapat tertandingi oleh ulama-ulama lain di masanya. Syeikh Ali Jum’ah, Mufti Mesir(2003-2013) sekaligus guru besar bidang Ushul Fiqh di Universitas Al-Azhar. Dan masih banyak lagi ulama-ulama besar lainnya keluaran Al-Azhar.
Begitulah napak tilas dan gambaran Al-Azhar sebagai lahan ilmu yang telah mencetak orang-orang besar. Merupakan suatu kebanggaan bagi Mesir dan Umat Islam tentunya, memiliki sebuah Universitas Islam ke-2 tertua di dunia (setelah Al-Qarawiyyin, Maroko-tahun 859 M) yang telah mencetak ribuan pewaris para nabi.
*Penulis merupakan Putra Pagar Air, Alumnus Dayah Insan Qur’ani dan saat ini sedang melanjutkan pendidikan di Jurusan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir.
[…] Beasiswa, 3 Alumni Insan Qurani Terbang Ke Bogor Panorama Ilmu di Negeri Para Nabi Asyraf Muntazhar, Alumni IQ 2017 Terpilih sebagai Ketua PPI […]