Seorang bertubuh tinggi besar menyambut kedatangan kami. Bapak berseragam hitam khas security itu berdiri tepat di depan pintu. “Silakan cuci tangan dulu, adik-adik. Pak Pimred sedang dalam perjalanan, tunggu sebentar ya…” Begitu katanya.
Tidak lama seseorang berseragam wartawan Serambi Indonesia menghampiri kami. Ternyata itulah orang yang kami tunggu itu. Pak Zainal Arifin M. Nur, Pemimpin Redaksi Harian Serambi Indonesia.
“Ayo masuk ke dalam. Langsung ke ruangan saya di lantai dua ya…” Ujarnya.
“Foto bersama dulu pak! Untuk laporan dan dokumentasi.” Ujar salah satu dari kami.
“Oh boleh. Di depan pintu saja biar nampak tulisan Serambi-nya.” Ia mengarahkan.
Kantor Serambi Indonesia ini didominasi warna biru, merah dan putih. Sepasang pintu masuk di halaman depan menghadapkan kami langsung ke ruangan resepsionis minimalis yang berlatar biru dengan jejeran kursi bersambung di sebalah kiri pintu. Kami dituntun menuju ruangan pimpinan redaksi dengan menaiki tangga berkeramik hitam. Di ruangan ini kami diberikan pembekalan jurnalistik langsung oleh seorang Pimpinan Redaksi media terbesar di Aceh.
“Yang bertahan itu bukan yang paling besar. Tapi yang bertahan itu yang bisa beradaptasi dengan cepat,” ujar Zainal Arifin saat menjelaskan tantangan yang dihadapi media.
Menurutnya, banyak media yang tumbang karena berbagai macam sebab. Termasuk juga pandemi dan tidak cepat beradaptasi dengan kebiasaan baru masyarakat. Ia mencontohkan, saat sekolah dan kantor tutup, cafe tutup karena pandemi, pembeli koran menjadi sedikit sekali. Media yang hanya menggantungkan dirinya pada penjualan koran tentu akan merasakan dampak ekonomi yang luar biasa.
“Serambi juga ikut terpukul pada awalnya. Namun tim kami saling menguatkan.” Terangnya.
Saat ini, orang-orang juga banyak yang telah beralih ke media online. Karenanya Serambi juga ikut buat situs berita online. Ada serambinews.com dan juga Serambi on TV.
Dua jam Pak Zainal menjelaskan pada kami berbagai hal seputar dunia jurnalistik. Mulai dari teknik membuat tulisan yang baik dan benar, cara mengirimkan rilis pers hingga mau dimuat media, hingga cerita-cerita pengalamannya selama menjadi Pimpinan Redaksi dan juga wartawan. Dua jam yang terasa sangat cepat. Karena penyampaiannya menarik. Diskusinya juga asik.
Dinding ruang Pimred bernuansa coklat susu dengan plafon berwarna putih. Ada lemari kayu yang berisi berbagai plakat dan piagam penghargaan yang tersusun rapi. Di salah satu plakatnya tertulis Departemen Jurnalistik dan Humas Dayah Insan Qurani 2020. Ternyata plakat kunjungan tim jurnal tahun lalu masih disimpan Pimred di ruang kerjanya.
Kami diajak berkeliling ke ruang demi ruang di kantor tersebut. Ruang pertama yang kami masuki adalah ruang redaksi. Ada banyak sekali komputer di atas meja bersekat biru, warna khas Serambi Indonesia. Di situlah para wartawan menuliskan reportasenya.
Kami berhenti di sebelah meja bundar berwarna coklat gelap. Kedelapan anggota jurnalistik berdiri mengitari meja tersebut. Pak Zainal menyebut jika di meja inilah biasanya rapat redaksi dilakukan.
“Di sinilah kami melakukan rapat penentuan untuk berita yang akan dicetak di koran esok hari,” Terangnya.
Kami lanjut diajak berkeliling ruangan itu, juga ditunjukkan bagaimana cara kerja wartawan dalam mengolah setiap informasi yang diliput dari lapangan.
Beliau memandu kami menuju ruangan studio pengambilan gambar untuk berita-berita yang akan di-upload ke Serambi on TV dan Kompas TV, channel media swasta nasional yang bekerja sama dengan Serambi Indonesia. Channel Youtube Serambi on TV kini diikuti lebih dari 400.000 orang. Kami berbincang-bincang mengenai proses pembuatan video berita di sana.
Usai dari ruangan TV, kami menuju ke rooftop. Di situ kami berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Pak Pimred juga mengabadikan dengan ponsel pribadinya.
Ruang terakhir yang kami kunjungi adalah ruang percetakan. Mesin pencetak korannya sangat besar. Berat benda itu diperkirakan mencapai 100 ton. Kami sangat takjub melihat keempat mesin tersebut. Ternyata, di tempat itulah semua koran, kalender dan buku dicetak.
“Serambi punya 3 mesin seperti ini untuk melayani pelanggan di seluruh Aceh.” Katanya.
Sebelum balik ke Dayah Insan Qurani, Tim Jurnalistik juga menyempatkan diri berswafoto di depan pintu masuk kantor Serambi Indonesia yang terletak di Desa Meunasah Manyang, Ingin Jaya, Aceh Besar.
Kedatangan kami ke Kantor Harian Serambi Indonesia, Kamis 4 Februari 2021 itu dalam rangka melaksanakan program kunjungan media Departemen Jurnalistik dan Humas OSDIQ Dayah Insan Qurani.
Terima kasih tak terhingga kami ucapkan kepada Bapak Zainal Arifin yang telah membagi ilmu dan pengalaman Beliau kepada kami. Semoga Tim Jurnalistik IQ dapat mengaplikasikan sepulang ke dayah nanti.
Reporter: Asyifa Raudhatul Ulya, Khairan Nisa’
Departemen Jurnalistik dan Humas Dayah Insan Qurani
Leave A Comment