Psikologis anak itu warna warni. Perbedaan itu yang membuat keindahan pada anak, bukan sebaliknya, menjadi penyebab seorang anak itu tersakiti. Kekeliruan dalam memahami perbedaan karakter pada anak sering menyebabkan seorang anak diperlakukan berbeda di dunia pendidikan. Oleh karenanya, penting untuk memahami perbedaan karakter setiap anak.

Demikian di antara penjelasan Dr. Agustin Hanafi dalam kegiatan Workshop Pesantren/Dayah Ramah Anak angkatan ketiga Kabupaten Aceh Besar tahun 2021 di Aula Kantor Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar, Minggu (3/10/2021). Sembilan orang santri dan asatidz Dayah Insan Qurani menghadiri kegiatan ini.

Dr. Agustin merupakan pemateri nasional pemberdayaan anak dan dosen lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, Pasca sarjana UIN Syarief Hidayatullah, serta meraih gelar doktoralnya di UIN Ar-Raniry.

Menurut Dr. Agustin, anak bagaikan perhiasan. Ada 36 bakat yang Allah anugerahkan pada seorang anak. Namun  masing-masing anak memiliki bakat yang berbeda. Sehingga tidak bisa semua anak disama ratakan. Apalagi sampai menjudge kekurangan atau membandingkan satu anak dan anak yang lainnya.

Rasa cinta terhadap anak membuat orang tua melakukan hal sebaik mungkin untuk anaknya, termasuk dalam hal Pendidikan. Pesantren adalah tempat yang sangat tepat untuk mendidik seoarang anak. Namun, masih saja terjadi kekerasan dalam mendidik baik itu secara fisik atau nonfisik.

“Ada 60 kasus kekerasan yang terjadi di dayah atau pesantren di Indonesia. Di antaranya ada 42 kekerasan seksual dan 18 kekerasan fisik yang terdapat 202 korban, 118 perempuan dan 84 laki-laki juga 144 pelaku diantaranya 3 perempuan dan 141 laki-laki.” Terang Dr. Agustin.

Sebagai pembimbing atau pembina santri, harus mampu merangkul juga menjadi pengayom bagi anak didiknya. Ketika santri mengeluh atau merasa tertekan, pembina harus menjadi penyemangat dan pemberi motivasi kepada anak didiknya, bukan malah menganggap keluhan itu layaknya angin berlalu.

“Karena dari hal sepele dapat menimbulkan tekanan atau luka dalam mental anak tersebut sehingga mereka tidak dapat mengekspresikan diri dan itu mengganggu pertumbuhan atau perkembangan si anak.” Lanjutnya.

Lebih lanjut Dr. Agustin mengajak pembina untuk dapat menjaga sikap dan tindakannya dalam menghukum santri. Karena ucapan dan tindakannya akan membekas sampai tua. Ia mengingatkan agar jangan sampai karena sikap dari pembina atau pembimbing, membuat santri tidak betah di dayah sehingga pendidikan mereka pun terganggu.

“Oleh karena itu memahami psikologis seorang anak itu perlu agar kita tidak salah dalam mendidik.” Terangnya.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Aceh Besar ini juga diikuti oleh perwakilan dayah lainnya, sehingga juga menjadi ajang silaturrahim antar dayah di Aceh Besar.

Selain terhadap dayah, penyelenggara juga mengupayakan agar dapat mewujudkan sekolah ramah anak, masjid, dan Puskesmas ramah anak di Kabupaten Aceh Besar.

Departemen Jurnalistik dan Humas
Reporter: Sartika Sari Rahmadhani